Rabu, 03 Oktober 2012

JANGAN JADI PEMARAH TANPA SEBAB



بسم الله الرحمن الرحيم
          
          Sesungguhnya kehidupan di DUNIA ini adalah merupakan ladang amal untuk bekal hidup di akhirat. Manusia di ciptakan Allah SWT. Tidak lain adalah untuk mengemban tugas sebagai kholifah (QS. Al-Baqarah;30). Kholifah itu dapat diartikan sebagai PEMIMPIN.
          Tentunya, pemimpin yang baik dimulai dari belajar dan mengendalian dirinya sendiri, belajar memimpin dirinya sendiri, belajar memenejemen aktifitas pribadi dalam keseharian…dan disadari atau tidak setiap manusia (bayi, anak-anak, dewasa ataupun tua) pasti mempunyai hasrat yang timbul dari dalam hatinya. Hasrat tersebut kadang mengajak kepada kebaikan dan sering juga menyeret kepada keinginan yang terlarang atau keburukan. Dalam istilah agama Hasrat disebut sebagai NAFSU.
      Mengendalikan nafsu berarti mengendalikan AMARAH.  Agar kita bisa mengendalikan amarah maka kita harus mengetahui penyebab timbulnya amarah, baru kemudian mengobatinya.

Berikut ini beberapa hal yang menyebabkan timbulnya AMARAH:
  • -         Sombong
  • -         Ujub (membanggakan dirinya sendiri)
  • -         Banyak melakukan senda-gurau
  • -         Melakukan perbuatan yang sia-sia (lihat QS. Al_mukmini; 3)
  • -         Melecehkan orang lain
  • -         Menghina
  • -         Berdebat
  • -         Bertengkar
  • -         Berkhianat (lihat QS. Al-Baqarah; 177 dan QS. Al-Mukminun; 8)
  • -         Cinta kepada harta dan kedudukan

          Semua itu merupakan perangai yang buruk dan tercela dalam agama Islam. Seseorang tidak dapat menghindar dari amarah apabila masih ada sifat-sifat tersebut diatas. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menghilangkan sebab-sebab tersebut dengan melakukan hal-hal yang berlawanan dengannya.

Berikut ini beberapa langkah-langkah pengobatan agar terbebas dari penyakit-penyakit hati penyebab AMARAH;
  1. Kesombongan, harus dihilangkan dengan sifat TAWADLU’ (rendah hati)
  2. Ujub, dihilangkan dengan mengenal HAKEKAT DIRINYA YANG HINA.
  3. Suka membanggakan diri, dihilangkan dengan mengingat asal pertama diciptakan (dari air mani). , menyadari bahwa semua manusia berasal dari satu bapak (Nabi Adam alaihissalam)
  4. Senda Gurau, dihilangkan dengan menyibukkan diri dengan banyak beribadah dan melakukan perbuatan yang bermanfaat.
  5. Perbuatan sia-sia,  dihilangkan dengan bersungguh-sungguh dalam mencari keutamaan untuk dirinya sendiri, berakhlak mulia dan menggali ilmu-ilmu agama. Hal ini yang akan membawa seseorang kepada kemuliaan di akhirat.
  6. Suka melecehkan orang lain,  dihilangkan dengan tidak menyakiti orang lain dan menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang membuat dirinya dilicehkan oleh orang lain.
  7. Suka menghina orang lain, dihilangkan dengan menghindari perkataan yang buruk dan jawaban yang tidak menyenangkan (pahit).
  8. Cinta Dunia dan Kedudukan, dihapuskan dengan QONA’AH (merasa puas dengan ketentuan Taqdir Allah SWT) atas nikmat yang telah mencukupi kebutuhannya dengan mengharap kemuliaan dari Allah SWT. atas  dirinya dan terhindar dari kehinaan.
  9. Kebanggaan, kesombongan dan Ujub merupakan sifat yang paling tercela dan pangkal dari segala keburukan. Bila ANDA tidak terbebas darinya, maka tidak dapat menghormati  orang lain.

            Dalam menghilangkan sifat-sifat tercela di atas diperlukan pelatihan diri (riyadhoh) dan kesabaran dalam menghadapi segala rintangan. Riyadhoh yang diperlukan diantaranya adalah dengan mengetahui akibat-akibat buruk dari sifat-sifat tercela tersebut. Setalah itu menerapkan dalam diri anda kebalikan dari sifat-sifat itu, misalnya sombong dilawan dengan tawadhu’, cinta harta dan kedudukan dilawan denngan sifat qona’ah dan lain-lain. Sifat-sifat mulia ini terus diterapkan dalam diri. Memang memerlukan waktu yang cukup lama hingga kamu merasa ringan mengerjakannya karena sifat itu telah menyatu dalam dirinya. Dengan demikian sifat-sifat tercela akan hilang dan ia akan terbebas dari sifat amarah yang negative.
وَاللهُ اَعْلَمُ.

Timbulnya SIFAT  AMARAH pada diri orang BODOH.

          Timbulnya sifat amarah dalam diri orang-orang bodoh adalah karena ia mengira amarah yang dilakukan mencerminkan sifat berani, kesatria, wibawa, menjaga kehormatan, atau sebutan-sebutan lain yang menunjukkan perbuatan terpuji, sehingga ia akan mengagungkan amarahnya dan menganggap itu merupakan tindakan yang benar dan baik.
          Orang yang menamakan kemarahan dengan keberanian dan kemuliaan diri merupakan kebodohan, bahkan penyakit hati yang disebabkan akal yang lemah. Bukti bahwa orang seperti itu akalnya lemah diantaranya adalah orang yang sakit lebih cepat marah daripada orang yang sehat. Wanita lebih cepat marah daripada lelaki.  Anak kecil lebih cepat marah daripada orang dewasa. Orang dewasa lebih cepat marah daripada orang tua renta yang bijaksana. Orang yang berperangai buruk dan tercela lebih cepat marah daripada orang yang berperangai mulia. Orang yang memiliki sifat pelit akan cepat marah apabila tidak mendapat sesuap nasi, bahkan kemarahan itu ditujukan kepada istri, anak dan sahabat-sahabatnya karena dianggap telah mengambil miliknya sesuap nasi.
        Sesungguhnya, orang yang perkasa adalah orang yang mampu menguasai hawa nafsu ketika ia marah, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW.

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصَُرْعَةِ وَإِنُّا الشَّدِيْدُ الَّذى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ
“Orang yang kuat itu bukan diukur denngan keperkasaan fisik melainkan yang mampu mengendalikan hawa nafsunya pada saat marah (Bukhori dan muslim)

         Oleh karena itu, orang yang terpuruk dalam kebodohan (dengan menganggap amarah negative merupakan perbuatan baik) harus diterapi dengan membacakan kisah-kisah orang-orang yang memiliki jiwa kasih saying (halim), pemaaf, dan menahan amarah. Kisah-kisah seperti itu dapat dilihat dari  kisah para nabi, wali-wali Allah, orang-orang bjak (soleh), ulama dan para pemimpin yang taat kepada Allah.

1 komentar:

Khot Teks la ilaha illalloh