بسم الله الرحمن الرحيم
Sesungguhnya kehidupan di DUNIA ini adalah merupakan
ladang amal untuk bekal hidup di akhirat. Manusia di ciptakan Allah SWT. Tidak
lain adalah untuk mengemban tugas sebagai kholifah (QS. Al-Baqarah;30).
Kholifah itu dapat diartikan sebagai PEMIMPIN.
Tentunya, pemimpin yang baik dimulai dari belajar dan
mengendalian dirinya sendiri, belajar memimpin dirinya sendiri, belajar
memenejemen aktifitas pribadi dalam keseharian…dan disadari atau tidak setiap
manusia (bayi, anak-anak, dewasa ataupun tua) pasti mempunyai hasrat yang
timbul dari dalam hatinya. Hasrat tersebut kadang mengajak kepada
kebaikan dan sering juga menyeret kepada keinginan yang terlarang
atau keburukan. Dalam istilah agama Hasrat disebut sebagai NAFSU.
Mengendalikan nafsu berarti mengendalikan AMARAH. Agar kita bisa mengendalikan amarah maka kita
harus mengetahui penyebab timbulnya amarah, baru kemudian mengobatinya.
Berikut ini beberapa hal yang menyebabkan timbulnya
AMARAH:
- - Sombong
- - Ujub (membanggakan dirinya sendiri)
- - Banyak melakukan senda-gurau
- - Melakukan perbuatan yang sia-sia (lihat QS. Al_mukmini; 3)
- - Melecehkan orang lain
- - Menghina
- - Berdebat
- - Bertengkar
- - Berkhianat (lihat QS. Al-Baqarah; 177 dan QS. Al-Mukminun; 8)
- - Cinta kepada harta dan kedudukan
Semua itu merupakan perangai yang buruk dan tercela dalam
agama Islam. Seseorang tidak dapat menghindar dari amarah apabila masih
ada sifat-sifat tersebut diatas. Oleh karena itu, diperlukan upaya
untuk menghilangkan sebab-sebab tersebut dengan melakukan hal-hal yang
berlawanan dengannya.
Berikut ini beberapa langkah-langkah pengobatan agar
terbebas dari penyakit-penyakit hati penyebab AMARAH;
- Kesombongan, harus dihilangkan dengan sifat TAWADLU’ (rendah hati)
- Ujub, dihilangkan dengan mengenal HAKEKAT DIRINYA YANG HINA.
- Suka membanggakan diri, dihilangkan dengan mengingat asal pertama diciptakan (dari air mani). , menyadari bahwa semua manusia berasal dari satu bapak (Nabi Adam alaihissalam)
- Senda Gurau, dihilangkan dengan menyibukkan diri dengan banyak beribadah dan melakukan perbuatan yang bermanfaat.
- Perbuatan sia-sia, dihilangkan dengan bersungguh-sungguh dalam mencari keutamaan untuk dirinya sendiri, berakhlak mulia dan menggali ilmu-ilmu agama. Hal ini yang akan membawa seseorang kepada kemuliaan di akhirat.
- Suka melecehkan orang lain, dihilangkan dengan tidak menyakiti orang lain dan menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang membuat dirinya dilicehkan oleh orang lain.
- Suka menghina orang lain, dihilangkan dengan menghindari perkataan yang buruk dan jawaban yang tidak menyenangkan (pahit).
- Cinta Dunia dan Kedudukan, dihapuskan dengan QONA’AH (merasa puas dengan ketentuan Taqdir Allah SWT) atas nikmat yang telah mencukupi kebutuhannya dengan mengharap kemuliaan dari Allah SWT. atas dirinya dan terhindar dari kehinaan.
- Kebanggaan, kesombongan dan Ujub merupakan sifat yang paling tercela dan pangkal dari segala keburukan. Bila ANDA tidak terbebas darinya, maka tidak dapat menghormati orang lain.
Dalam menghilangkan sifat-sifat tercela di atas
diperlukan pelatihan diri (riyadhoh) dan kesabaran dalam menghadapi
segala rintangan. Riyadhoh yang diperlukan diantaranya adalah dengan
mengetahui akibat-akibat buruk dari sifat-sifat tercela tersebut. Setalah itu
menerapkan dalam diri anda kebalikan dari sifat-sifat itu, misalnya sombong
dilawan dengan tawadhu’, cinta harta dan kedudukan dilawan denngan sifat
qona’ah dan lain-lain. Sifat-sifat mulia ini terus diterapkan dalam diri.
Memang memerlukan waktu yang cukup lama hingga kamu merasa ringan mengerjakannya
karena sifat itu telah menyatu dalam dirinya. Dengan demikian sifat-sifat
tercela akan hilang dan ia akan terbebas dari sifat amarah yang negative.
وَاللهُ اَعْلَمُ.
Timbulnya SIFAT AMARAH
pada diri orang BODOH.
Timbulnya sifat amarah dalam diri orang-orang bodoh
adalah karena ia mengira amarah yang dilakukan mencerminkan sifat berani,
kesatria, wibawa, menjaga kehormatan, atau sebutan-sebutan lain yang
menunjukkan perbuatan terpuji, sehingga ia akan mengagungkan amarahnya dan
menganggap itu merupakan tindakan yang benar dan baik.
Orang yang menamakan kemarahan dengan keberanian dan
kemuliaan diri merupakan kebodohan, bahkan penyakit hati yang disebabkan akal
yang lemah. Bukti bahwa orang seperti itu akalnya lemah diantaranya adalah
orang yang sakit lebih cepat marah daripada orang yang sehat. Wanita lebih
cepat marah daripada lelaki. Anak kecil
lebih cepat marah daripada orang dewasa. Orang dewasa lebih cepat marah
daripada orang tua renta yang bijaksana. Orang yang berperangai buruk dan tercela
lebih cepat marah daripada orang yang berperangai mulia. Orang yang memiliki
sifat pelit akan cepat marah apabila tidak mendapat sesuap nasi, bahkan
kemarahan itu ditujukan kepada istri, anak dan sahabat-sahabatnya karena
dianggap telah mengambil miliknya sesuap nasi.
Sesungguhnya, orang yang perkasa adalah orang yang mampu
menguasai hawa nafsu ketika ia marah, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW.
لَيْسَ الشَّدِيْدُ
بِالصَُرْعَةِ وَإِنُّا الشَّدِيْدُ الَّذى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ
“Orang yang kuat itu bukan diukur denngan keperkasaan fisik
melainkan yang mampu mengendalikan hawa nafsunya pada saat marah (Bukhori dan
muslim)
Oleh karena itu, orang yang terpuruk dalam kebodohan
(dengan menganggap amarah negative merupakan perbuatan baik) harus diterapi
dengan membacakan kisah-kisah orang-orang yang memiliki jiwa kasih saying
(halim), pemaaf, dan menahan amarah. Kisah-kisah seperti itu dapat dilihat
dari kisah para nabi, wali-wali Allah,
orang-orang bjak (soleh), ulama dan para pemimpin yang taat kepada Allah.
sukses untuk blognya semoga maju terus....amien
BalasHapus